Konsep Medis & Konsep Keperawatan Sindrom cushing
A.
KONSEP MEDIS
1.
Pengertian
Sindrom cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan
oleh efek metabolik gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah
yang menetap. Kadar yang tinggi ini dapat terjadi secara spontan atau karena
pemeberian dosis farmakologik senyawa-senyawa glukokortikoid. (Price, 2005)
2.
Etiologi
a. Iatrogenik
Pemberian glukokortikoid jangka panjang dalam dosis
farmakologik. Dijumpai pada penderita artitis rheumatoid, asma, limpoma dan
gangguan kulit umum yang menerima glukokortikoid sintetik sebagai agen
antiinflamasi.
b. Spontan
Sekresi kortisol yang berlebihan akibat gangguan aksis
hipotalamus-hipofisis-adrenal. Adenoma pituitary (70%kasus), tumor adrenokortikal
(20% kasus) dan tumor ekstrapituitari (10% kasus) seperti karsinoma sel
kecil-kecil paru.
3.
Patofisiologi
Sindrom Cushing dapat disebatkan oleh beberapa mekanisme,
yang mencakup tumor kelenjar hipofisis yang menghasilkan ACTH dan menstimulasi
korteks adrenal untuk meningkatkan sekresi hormonnya meskipun hormon tersebut
telah diproduksi dengan jumlah yang adekuat. Hiperplasia primer kelenjar
adrenal dalam keadaan tanpa adanya tumor hipofisis jarang terjadi. Pemberian
kortikosteroid atau ACTH dapat pula menimbulkan Sindrom Cushing. Penyebab lain
Sindrom Cushing yang jarang dijumpai adalah produksi ektopik ACTH oleh
malignitas; karsinoma bronkogenik merupakan tipe malignitas yang paling sering
ditemukan. Tanpa tergantung dari
penyebabnya, mekanisme umpan balik normal untuk mengendalikan fungsi korteks
adrenal menjadi tidak efektif atau pola sekresi diurnal kortisol yang normal akan
menghilang. Tanda dan gejala Sindrom
Cushing terutama terjadi sebagai akibat dari sekresi glukokortikoid dan adrogen
(hormon seks) yang berlebihan, meskipun sekresi mineralokortikoid juga dapat
terpengaruh.
4.
Manifestasi Klinik
a. Wajah yang khas (moon face)
b. Penipisan rambut kepala disertai
jerawat dan hirsutisme (pertumbuhan rambut berlebihan pada wajah dan tubuh
seperti layaknya pria)
c. Obesitas batang tubuh dengan fosa
supraklavikula yang terisi penuh, punuk kerbau (buffalo hump)
d. Striae pada kulit
e. Kelemahan dan atropi otot
f. Osteoporosis
g. Kulit yang rapuh dan penyembuhan
luka yang lama
h. Ulkus peptikum
i.
Hipertensi
j.
Kelabilan emosi
5.
Pemeriksaan Penunjang
a.
Pemeriksaan Diagnosis
Diagnosis
klinis dapat dibuat bila terdapat tiga atau lebih dari tanda-tanda dibawah ini:
Å
Kelelahan yang hebat dan otot-otot yang kecil
Å
Obesitas sentripetal dan penghentian pertumbuhan.
Å
Strie yang kemerah-merahan.
Å
Ekhimosis tanpa kelainan trombosit.
Å
Hipertensi.
Å
Osteoporosis.
Å
Diabetes melitus.
b.
Pemeriksaan Laboratorik
Å
Pada pemeriksaan laboratorium sederhana, didapati
limfositofeni, jumlah netrofil antara 10.000 – 25.000/mm3. eosinofil
50/ mm3, hiperglekemi (DM terjadi pada 10 % kasus) dan hipokalemia.
Å
Pemeriksaan laboratorik diagnostik.
Pemeriksaan kadar kortisol dan
“overnight dexamethasone suppression test” yaitu memberikan 1 mg dexametason
pada jam 11 malam, esok harinya diperiksa lagi kadar kortisol plasma. Pada
keadaan normal kadar ini menurun. Pemerikaan 17 hidroksi kortikosteroid dalam
urin 24 jam (hasil metabolisme kortisol), 17 ketosteroid dalam urin 24 jam.
Å
Tes-tes khusus untuk membedakan hiperplasi-adenoma atau
karsinoma :
o “Urinary deksametasone suppression
test”. Ukur kadar 17 hidroxi kostikosteroid dalam urin 24 jam, kemudian
diberikan dexametasone 4 X 0,5 mg selama 2 hari, periksa lagi kadar 17 hidroxi
kortikosteroid bila tidak ada atau hanya sedikit menurun, mungkin ada kelainan.
Berikan dexametasone 4 x 2 mg selama 2 hari, bila kadar 17 hidroxi
kortikosteroid menurun berarti ada supresi-kelainan adrenal itu berupa
hiperplasi, bila tidak ada supresi kemungkinan adenoma atau karsinoma.
o “Short oral metyrapone test”.
Metirapone menghambat pembentukan kortisol sampai pada 17
hidroxikortikosteroid. Pada hiperplasi, kadar 17 hidroxi kortikosteroid akan
naik sampai 2 kali, pada adenoma dan karsinoma tidak terjadi kenaikan kadar 17
hidroxikortikosteroid dalam urine.
o Pengukuran kadar ACTH plasma.
o Test stimulasi ACTH, pada adenoma didapati
kenaikan kadar sampai 2–3 kali, pada kasinoma tidak ada kenaikan.
6.
Penatalaksanaan
Sesuai
pada penyebabnya. Penyakit Cusing dapat dilakukan iradiasi dari hipofise,
kombinasi iradiasi dengan unilateral adrenalektomi. Pada adenoma basofil yang
menimbulkan gejala penionggian tekanan intra kranial dan tidak berhasil dengan
radiotherafi, dilakukan ekstirpasi. Pada kasus berat dimana iradiasi hipofise
tidak memberi hasil, dilakukan adrenalektomi bilateral, kemudian substitusi
dengan hidrokortison, kortison atau fludrokortison. Bila disebabkan oleh
adenoma atau karsinoma adrenal, dilakukan operasi kemudian terapi substitusi.
B.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
Pengumpalan riwayat dan pemeriksaan
kesehatan difokuskan pada efek tubuh dari hormone korteks adrenal yang
konsentrasinya tinggi dan pada kemampuan korteks adrenal untuk berespons
terhadap perubahan kadar kortisol dan aldosteron. Riwayat
kesehatan mencakup informasi tentang tingkat aktivitas klien dan kemampuan
untuk melakukan aktivitas rutin dan perawatan diri. Detailnya pengkajian keperawatan
untuk klien dengan sindrom cushing mencakup:
a. Kaji kulit klien terhadap trauma,
infeksi, lecet-lecet, memar dan edema.
b. Amati adanya perubahan fisik dan
dapatkan respon klien tentang perubahan dini.
c. Lakukan pengkajian fungsi mental
klien, termasuk suasana hati, respon terhadap pertanyaan, kewaspadaan terhadap
lingkungan, dan tingkat depresi. Keluarga klien merupakan sumber terbaik untuk
mendapatkan informasi tentang perubahan ini.
2.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan umum yang dapat
dijumpai pada klien dengan sindrom Cushing adalah sebagai berikut :
a. Resiko terhadap cedera berhubungan
dengan kelemahan dan perubahan metabolisme protein.
b. Defisit perawatan diri berhubungan
dengan kelemahan, keletihan, pengurusan masa otot.
c. Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan edema.
d. Gangguan citra tubuh berhubungan
dengan perubahan penampilan fisik,.
e. Perubahan proses pikir berhubungan
dengan perubahan suasana hati, mudah tersinggung dan depresi.
f. Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan kelebihan natrium
g. Resiko perdarahan berhubungan dengan
melemahnya jaringan penyokong perivaskuler
h. Nyeri
berhubungan dengan perlukaan pada mukosa lambung
i.
Resiko tinggi gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intak in adekuat
j.
Potensial komplikasi: Hiperglikemia
3.
Rencana Keperawatan
a. Resiko terhadap cedera berhubungan
dengan kelemahan dan perubahan metabolisme protein.
Kriteria
hasil:
1) Klien bebas dari cedera jaringan
lunak atau fraktur
2) Klien bebas dari area ekimotik
3) Klien tidak mengalami kenaikan suhu
tubuh, kemerahan, nyeri, atau tanda-tanda infeksi dan inflamasi lainnya
Rencana tindakan keperawatan:
1) Kaji tanda-tanda ringan infeksi
Rasional : Efek
antiinflamasi kortikosteroid dapat mengaburkan tanda-tanda umum inflamasi dan
infeksi.
2) Ciptakan lingkungan yang protektif
Rasional : Mencegah jatuh, fraktur dan cedera lainnya pada tulang
dan jaringan lunak.
3) Bantu klien ambulasi
Rasional : Mencegah terjatuh atau terbentur pada sudut furniture yang
tajam.
4) Berikan diet tinggi protein,
kalsium, dan vitamin D
Rasional : Meminimalkan
penipisan massa otot dan osteoporosis.
b. Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan edema.
Kriteria hasil:
Klien mampu mempertahankan keutuhan kulit, menunjukkan
perilaku/teknik untuk mencegah kerusakan/cedera kulit.
Rencana tindakan keperawatan:
1) Inspeksi kulit terhadap perubahan
warna, turgor, vaskular.
Rasional : menandakan
area sirkulasi buruk/kerusakan yang dapat menimbulkan pembentukan infeksi.
2) Pantau masukan
cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa
Rasional : mendeteksi adanya dehidrasi/hidrasi berlebihan yang
mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan pada tingkat seluler.
3) Inspeksi area tergantung edema.
Rasional : jaringan edema lebih cenderung rusak/robek.
4) Berikan perawatan kulit. Berikan
salep atau krim.
Rasional : lotion dan
salep mungkin diinginkan untuk menghilangkan kering, robekan kulit.
5) Anjurkan
menggunakan pakaian katun longgar.
Rasional : mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan
evaporasi lembab pada kulit.
6) Kolaborasi dalam pemberian matras
busa.
Rasional : menurunkan tekanan lama pada jaringan.
c. Gangguan citra tubuh berhubungan
dengan perubahan penampilan fisik.
Kriteria hasil:
Klien mengungkapkan perasaan dan
metode koping untuk persepsi negatif tentang perubahan penampilan, fungsi seksualitas,
dan tingkat aktivitas. Menyatakan penerimaan terhadap situasi diri.
Rencana tindakan keperawatan:
1) Kaji tingkat pengetahuan pasien
tentang kondisi dan pengobatan.
Rasional : mengidentifikasi luas masalah dan perlunya intervensi.
2) Diskusikan arti
perubahan pada pasien.
Rasional : beberapa pasien memandang situasi sebagai tantangan,
beberapa sulit menerima perubahan hidup/penampilan peran dan kehilangan
kemampuan control tubuh sendiri.
3) Anjurkan orang terdekat
memperlakukan pasien secara normal dan bukan sebagai orang cacat.
Rasional : menyampaikan harapan bahwa pasien mampu untuk mangatur
situasi dan membantu untuk mempertahankan perasaan harga diri dan tujuan hidup.
4) Rujuk ke perawatan kesehatan.
Contoh: kelompok pendukung.
Rasional : memberikan bantuan tambahan untuk manajemen jangka
panjang dari perubahan pola hidup.
d. Perubahan proses pikir berhubungan
dengan perubahan suasana hati, mudah tersinggung dan depresi.
Keriteria hasil:
Klien mampu mempertahankan tingkat orientasi realita
sehari-hari, mengenali perubahan pada pemikiran dan tingkah laku.
Rencana tindakan keperawatan:
1) Evaluasi tingkat stress individu dan
hadapi dengan tepat
Rasional : tingkat stress mungkin dapat meningkat dnegan pesat
karena perubahan yang baru, sedang atau telah terjadi.
2) Panggil pasien dengan namanya.
Rasional : Untuk menolong mempertahankan orientasi.
3) Catat perubahan siklik dalam
mental/tingkah laku. Ikutsertakan dalam latihan rutin dan program aktivitas.
Rasional : penelitian menunjukkan bahwa penarikan diri dan pasien
yang tidak aktif memiliki resiko yang lebih besar untuk mengalami kebingungan
4) Dukung
keikutsertaan pasien dalam perawatan diri sendiri.
Rasional : pilihan merupakan komponen yang diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari.
e. Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan kelebihan natrium
Keriteria hasil :
Menunjukkan volume cairan stabil, dengan keseimbangan
pemasukan dan pengeluaran, berat badan stabil, tanda vital dalam rentang normal
dan tak ada edema.
Rencana tindakan keperawatan:
1) Ukur masukan
dan haluaran, catat keseimbangan positif. Timbang berat badan tiap hari.
Rasional : menunjukkan status volume sirkulasi, terjadinya/
perbaikan perpindahan cairan, dan respon terhadap terapi. Keseimbangan
positif/peningkatan berat badan sering menunjukkan retensi cairan lenjut.
2) Awasi tekanan darah.
Rasional : Peningkatan tekanan darah biasanya berhubungan dengan
kelebihan volume cairan tetapi mungkin tidak terjadi karena perpindahan cairan
keluar area vaskuler.
3) Kaji derajat perifer/edema dependen
Rasional : Perpindahan
cairan pada jaringan sebagai akibat retensi natrium dan air, penurunan albumin
dan penurunan ADH.
4) Awasi albumin
serum dan elektrolit (khususnya kalium dan natrium)
Rasional : penurunan albumin serum memperngaruhi tekanan osmotic
koloid plasma, mengakibatkan pembentukan edema.
5) Batasi natrium dan cairan sesuai
indikasi.
Rasional : Natrium mungkin dibatasi untuk meminimalkan retensi
cairan dalam area ekstravaskuler.
f. Resiko perdarahan berhubungan dengan
melemahnya jaringan penyokong perivaskuler
Keriteria hasil:
Trombosit dalam batas normal
Intervensi
1) Kaji adanya perdarahan
Rasional : mempermudah menentukan intervensi selanjutnya.
2) Observasi tanda-tanda vital (S.N.RR)
Rasional :
3) Antisipasi terjadinya perlukaan /
perdarahan.
Rasional : mencegah terjadi perdarahan
4) Anjurkan keluarga klien untuk lebih banyak
mengistirahatkan klien
Rasional : Mengurangi resiko cedera sehingga memperkecil
adanya perdarahan
5) Monitor hasil darah, Trombosit
6) Rasional : penurunan
jumlah trombosit menandakan adanya perdarahan
g. Nyeri
berhubungan dengan terjadinya perlukaan pada mukosa lambung.
Keriteria hasil :
Klien mengatakan nyeri hilang/berkurang, menunjukkan postur
tubuh rileks dan mampu tidur dengan tepat
Rencana tindakan keperawatan:
1) Catat keluhan
nyeri, lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10)
Rasional : Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan
dengan gejala nyeri pasien.
2) Kaji ulang faktor yang meningkatkan
dan menurunkan nyeri
Rasional :
membantudalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
3) Berikan makan sedikit tapi sering
sesuai indikasi untuk pasien
Rasional : makanan mempunyai efek penetralisir asam, juga
menghancurkan kandungan gaster. Makanan sedikit mencegah distensi dan haluaran
gaster.
4) Berikan obat sesuai indikasi. Mis,
antasida.
Rasional : menurunkan keasaman gaster dengan absorbsi atau dengan
menetralisir kimia
h. Resiko tinggi gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intak in adekuat
Kriteria hasil : Mempertahankan berat
badan stabil, bebas dari tanda malnutrisi.
Rencana tindakan keperawatan:
1) Kaji riwayat nutrisi
Rasional : mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan
intervensi
2) Catat berat badan
Rasional : Pengawasan kehilangan dan alat pengkajian kebutuhan
nutrisi/keefektifan terapi.
3) Diskusikan
makanan yang disukai oleh pasien dan masukan dalam diet murni
Rasional : dapat
maningkatkan masukan, meningkatkan rasa partisipasi
4) Anjurkan klien makan sedikit tapi
sering
Rasional : makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan
pemasukan juga mencegah distensi gaster.
5) Rujuk ke ahli gizi.
Rasional : Perlu
bantuan dalam perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan nutrisi
i.
Potensial komplikasi: Hiperglikemia
Keriteria hasil:
Tidak terjadi hiperglikemi
Rencana tindakan keperawatan
1) Observasi tanda-tanda hipeglikemi
Rasional : membantu dalam menentukan intervensi selanjutnya
2) Berikan suntik insulin menurut
sleding scale
Rasional : mengupayakan agar gula darah dalam keadaan normal
3) Awasi pemeriksaan laboratorium
terutama GDS
Rasional : Gula darah yang tinggi merupakan indicator terjadi
hiperglikemi
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien, edisi 3. Jakarta: EGC.
Price, S. A., 2005. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit, edisi 6.
Jakarta: EGC.
Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: EGC.
R. Syamsuhidayat. 1997. Buku
Ajar Ilmu Bedah; Jakarta; EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar